Review Ngaco kali ini adalah review tentang film Jumper dan I Am Number Four. Untuk yang belum tau apa itu Review Ngaco bisa dilihat pada sesi yang pertama disini. Intinya, Review Ngaco adalah review tentang film hollywood yang mirip (menurut gue), dan dari hasil pengamatan alakadarnya yang dikemas secara ngaco, walaupun ada beberapa yang mungkin benar. Tanpa menunggu lama, berikut reviewnya..
Nggak jauh berbeda seperti film sebelumnya, kedua film ini pun mempunyai kemiripan antara satu dengan yang lainnya. Dan di mata gue, kemiripannya ini amat sangat terlihat terkhusus bagi orang-orang yang peka.
Mungkin dari kalian juga udah banyak yang telah menyaksikan film ini. Dan buat kalian yang belum tau ataupun yang udah pernah nonton, biar gue kasih tau apa aja sih yang bikin mirip..
1. Tokoh Utama
Dalam film Jumper, tokoh utamanya adalah David Rice. Seorang anak yang diberkahi kemampuan sejak lahir untuk bisa pergi kemana saja dengan cara melompat secara instan. Hanya saja dia baru sadar dan bisa menggunakan kemampuannya itu saat beranjak dewasa. Dan dalam film I Am Number Four, tokoh utamanya adalah John Smith. Seorang anak yang juga diberkahi kemampuan khusus sejak lahir dan baru bisa menggunakannya juga pada saat beranjak dewasa.
Keduanya mempunyai kemiripan. Selain memang berkemampuan khusus sejak lahir, mereka juga mempunyai keterbatasan teman dan cenderung memilih hidup sendiri untuk alasan tertentu.
2. Mereka Perlu Kekasih
Kekasih David Rice dalam film Jumper adalah Millie Harris. Seorang wanita dari salah satu teman sekolahnya yang suatu hari dijumpainya lagi olehnya. Dan kekasih John Smith dalam film I Am Number Four adalah Sarah Hart. Seorang wanita yang juga dari salah satu teman sekolahnya yang dijumpai pertama kali oleh John Smith.
Seperti kebanyakan film lainnya, nggak afdol kalo si tokoh utama nggak punya yang namanya kekasih. Jomblo bukanlah pilihan mereka. Ya, gue rasa juga nggak akan seru kalo produser film cuma memainkan aktor pria dalam filmnya, penonton butuh penyegaran, Brooo! Ya Walaupun yang jomblo juga agak nyesek sih karena nontonnya cuma sendiri..
3. Partner yang Terikat
Walaupun mereka dari kedua film ini kuat karena mempunyai kekuatan khusus, tapi mereka tidak sendiri. Mereka bukanlah satu-satunya yang mempunyai kekuatan itu, melainkan ada beberapa yang serupa dengan mereka.
Dalam film Jumper, ada beberapa yang mempunyai kekuatan seperti David Rice yang masih hidup dan ada juga yang telah mati. Begitu juga dengan film I Am Number Four, ada beberapa yang masih hidup dan ada juga yang telah mati.
4. Musuh Bebuyutan
Musuh dari kedua film ini pun mempunyai kemiripan. Musuhnya, sama-sama berburu dengan cara yang kejam. Ya walaupun kalo dibandingin tetap lebih kuat tokoh utamanya sih.
Baik dalam film Jumper atau I Am Number Four, musuh dari kedua film ini sudah berseteru sejak ratusan tahun silam. Dan perburuannya pun sama. Tokoh utama berjuang sendiri, musuh berburu dengan segala macam bala tentaranya. Sungguh tidak adil!
5. Tempat Tinggal
Karena mereka dari kedua film ini mempunyai musuh yang nggak ada habisnya, mereka sang jagoan selalu hidup dengan berpindah-pindah tempat demi menghindarkan diri dari kejaran musuh.
Gue jadi curiga kalo mereka adalah salah satu dari sekian banyak megantropus yang telah punah. Hidupnya yang selalu berpindah-pindah, susah dibedakan antara lari dari kenyataan atau memang mereka nggak punya uang untuk bertahan di kontrakan yang lama.
6. Ending
Dan menurut gue, ending dari kedua film ini sangatlah membuat gue merasa untuk menahan boker untuk sesaat. Gue merasa ending dari kedua film ini nggak semenarik kelihatannya. Nangguuuuung!
Tidak ada kejelasan. Apakah mereka hidup bahagia setelahnya, ataukah mereka hidup dengan penuh dirundu duka. Ah..!
***
Dari kedua film ini, gue bisa melihat memang banyak banget kemiripannya. Gue nggak tau kenapa dan karena apa. Tapi yang jelas film ini bener-bener mirip (menurut gue). Iya, nggak sama, cuma mirip. Dan yang ngebedain adalah, David Rice sebagai manusia bumi, dan John Smith sebagai alien yang serupa dengan manusia yang tinggal di bumi.
Mungkin cukup sampai disini Review Ngaco yang gue kasih. Mohon maaf bila ada yang tersinggung atau ada salah-salah kata. Terima kasih sudah membaca, dan Babay~